Kamis, 03 Juni 2010

Kecemasan

Istilah "panik" berasal dari kata Pan, dewa Yunani yang setengah hantu, tinggal di pegunungan dan hutan, dan perilakunya sangat sulit diduga. Sedangkan agorafobia berasal dari bahasa Mesir yaitu agora dan phobos, berarti takut akan tempat berjualan.

Gangguan panik timbul pada usia muda dan dewasa (pertengahan -30an). dapat juga timbul pada usia muda dan usia lanjut. Sedangkan agorafobia terjadi pada usia berapa saja, dan perempuan lebih banyak dibanding kaum pria.. Pada umumnya agorafobia mengikuti suatu trauma.

Deskripsi gangguan panik pertama kali dikemukakan oelh Freud dalam kasus agorafobia. Sedangkan serangan panik merupakan ketakutan akan timbulnya serangan serta diyakini akan segera terjadi. Individu yang mengalami serangan panik berusaha untuk melarikan diri dari keadaan yang tidak pernah diprediksi.

Gangguan panik merupakan gangguan dengan sedikitnya ada tiga serangan dalam waktu tiga minggu. Pada saat itu penderita tidak dalam gangguan fisik yang berat, dan tidak pula dalam situasi yang mengancam kehidupanya. Serangan dapat terjadi dimana saja dan tidak hanya tercetus apabila dihadapkan kepada stimulus fobiak tertentu.

Gejala-gejala panik pertama kali ditulis oelh Rober Burton pada abad ke 17 dalam bukunya tentang Melankolia, gejala tersebut mirip sama dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam SM IV. Pada tahun 1871 J.Da Costa menyebutkan "Jantung yang tergantung" dengan gejala-gejala kardiakal. Banyak diantara pasien panik, dalam keadaan sedemikian dan kemudia di diagnosa sebagai gangguan jantung.

Klien membuat suatu formula yang membagi tiga model fenomenologi gangguan panik yaitu:
1. Serangan panik akut yang ditandai oleh timbulnya peningkatan aktivitas dari sistem saraf otonom. Terjadi secara mendadak dan spontan, diikuti dengan perasaan subyektif yang sangat menakutkan. Serangan ini berakhir 10 - 30 menit dan kemudian kembali pada fungsi semula.
2. Gambaran yang kedua disebut dengan anxietas antisipasi (anticipatory anxiety), ditandai dengan perasaan takut bahwa suatu serangan akan timbul kembali. Keadaan ini jarang kembali ke taraf semula, karena sesudah serangan, pasien ada dalam kondisi anxietas yang kronis dan selalu akan mengantisipasi suatu onset serangan.
3. Model ke tiga merupakan kondisi panik yang berkembang menjadi perilaku fobia menghindar (phobic avoidance). Pasien menjadi takut serangan, sehingga menghindar dari situasi yang dapat menyebabkan serangan akut. Tidak diketahui mengapa sebagian pasien dengan gangguanpanik berkembang menjadi fobia, sedangsebagian lainya tidak. Pendapat beberapa ahli dalam hal ini antara lain menyebutkan bahwa perilaku yang menghindar pada psien agorafobia adalah sekunder, yang merupakan akibat ketakutan akan timbulnya serangan panik yang akut. Meskipun demikian laporan dan penelitian biologik dan behavorial menyatakan bahwa banyak pasien mengalami serangan panik sebelum terjadi agorafobia.
Gejala serangan panik menunjukkan periode tertentu akan adanya rasa takut atau perasaan yang tidak nyaman di mana empat (atau lebih) gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10 menit. Gejala tersebut ditandai dengan palpitasi jantung yang berdebar kuat, atau kecepatan denyut jantung bertambah cepat, berkeringat, gemetar, nafas sesak atau tertahan, perasaan tercekik, nyeri dada atau perasaan tidak nyaman, mual atau gangguan perut, derealisasi atau depersonalisasi, ketakutan akan kehilangan kendali atau akan menjadi gila, rasa takut mati, dan menggigil atau panas.

Gejala agorafobia terdiri atas: kecemasan bila berada dalam suatu tempat atau situasi di mana kemungkinan sulit untuk meloloskan diri atau tidak dapat pertolongan jika mendapat serangan. Rasa takut agorafobiak biasanya tampil secara karakteristik yaitu berada di luar rumah, atau bepergian dengan bis, kereta atau mobil.

GANGGUAN KECEMASAN UMUM
Gangguan kecemasan umum ditandai dengan gejala kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan (harapan yang mengkhawatirkan). Serangan meliputi sejumlah kejadian atau aktivitas (pekerjaan, prestasi sekolah). Individu merasa sulit untuk mengendalikan ketakutanya.

FOBIA SOSIAL DAN FOBIA SPESIFIK
Fobia sosial merupakan parasaan takut akan mendapatkan penghinaan atau keadaan yang memalukan di depan publik. Dengan istilah yang gampang dimengertidan dikenal luas dalam kata-kata sehari-hari dinyatakan takut akan malu-maluin.

The World Assosiation Clinical Review (1996) mengatakan; "Seseorang dengan fobia sosial emmpunyai ketakutan yang tidak sesuai dan dinilai negatif terhadap situasi sosial".

Ketika situasi anxietas muncul pasien mengalami gejala somatik karena kecemasanya. Sebagai faktor pencetus timbulnya Fobia Sosial antara lain perkenalan,emenmui seseorang, menggunakan telpon, emndapat kunjungan, diperhatikan ketika melakukan sesuatu, digoda, makan bersama kenalan atau keluarga di rumah, menulis di depan orang lain, dan berbicara didepan umum.

Fobia spesifik adalah rasa takut yang jelas menetap terhadap suatu obyek-situasi tertentu, misalnya naik pesawat terbang, ketinggian, binatang, suntikan, dan melihat darah. Fobia spesifik merupakan perasaan takut terhadap hal-hal yang tidak termasuk dalam kriteria agorafobia atau fobia sosial.

KONTRA FOBIA (COUNTERPHOBIA ATTITUDE)
Otto Fenichel (1945) meminta perhatian terhadap kenyataan bahwa kecemasan dapat disembuyikan dengan pola sikap dan perilaku yang mencerminkan suatu penyaangkalan terhadap obyek atau situasi yang ditakuti yang sebenarnya berbahaya. Dasar dari fenomena ini merupaan kebalikan dari situasi yang sebenarnya dan merupakan sikap melakukan perlawanan terhadap lingkungan di luar dirinya, dan ingin menguasai apa yang ditakutinya.

Orang dengan fobia akan mencari-cari situasi bahaya akan melawan dengan hebat terhadap situasi tersebut, seperti berperilaku aktif dalam erolah raga dengan risiko tinggi, seperti terjun payung dan mendaki gunung. Pola tersebut merupakan tindakan sekunder terhadap kecemasan fobik dan menggunakan sebagai cara normal untuk mengatasi situasi yang secara realistik sebenarnya berbahaya.

GANGGUAN OBSESSIF KOMPULSIF
Gangguan ini ditandai dengan gejala pengulangan pikiran, kata-kata atau perbuatan yang tampaknya tidak beralasan, yang irasionalitasnya disadari, namun tidak dapat dicegah atau dielakkan oleh yang bersangkutan.

banyak terjadi pada usia remaja atau dewasamuda (18 - 24 tahun) dengan catatan sosial ekonomi rendah, bercerai, hidup sendiri, dan tidak bekerja.

GANGGUAN STRESS
Dua kondisi seperti yang dipaparkan di bawah ini merupakan klasifikasi gangguan yang baru disusun pada dekade tahun 80 an yang lalu, masing-masing terdiri dari:

Gangguan Stress Akut
Seseorang terpapar dengan suatu kejadian traumatik, yang mana orang tersebut menyaksikan atau dihadapkan dengan suatu kejadian berupa ancaman kematian, cedera yang serius, atau ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang lain. Respon terhadap jekadian tersebut berupa gangguan cemas yang kuat dan merasa tidak berdaya.

Selama mengalami kejadian yang menakutkan, memiliki tiga (atau lebih) gejala disosiatif berikut: yaitu kaku, tidak ada responsivitas emosi, penurunan kesadaran terhadap sekelilingnya, derealisasi, depresonalisasi, amnesia disosiatif (ketidakmampuan untuk mengingan aspek penting dari trauma).

Kejadian traumatik, secara menetap akan dialami kembali dalam bentuk bayangan, pikiran, mimpi, ilusi, episode kilas balik yang rekuren, terhadap peristiwa tersebut. Hal ini dapat merupakan perasaan yang berkaitan dengan pengalaman trauma, dalam bentuk, misalnya gejala kecemasan, yang nyata atau terjadi peningkatan kewaspadaan (sulit tidur, iritabilitas, konsentrasi buruk, respon yang berlebihan, dan kegelisahan motorik).

Gangguan akan menimbulkan gangguan dalam fungsi sosial, sehingga karenanya akan mengganggu kamampuan individu mengerjakan tugas yang diperlukan. Gangguan ini berlangsung selama dua hari dan maksimal empat minggu dan terjadi dalam empat minggu setelah kejadian traumatik, yang katastropik.



Gangguan Stress Pascatrauma
Tiga tanda utama paad gangguan stres pascatrauma terhadap kejadian katastrofik (kejadian di luar pengalaman yang umumnya dihadapi manusia), seperti misanya:
1. Pengalaman trauma yang muncul kembali dalam mimpi atau pikiran-pikiran tentang kejadian tersebut.
2. Emosi yang tumpul dalam kehidupan atau hubungan interpersonal.
3. Terdapat gejala-gejala otonom yang tidak stabil, depresi dan gangguan kognitif

DAFTAR PUSTAKA
http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=903&tbl=artikel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar